Tak Semestinya Air Mata diawal

           Entah diawal selalu ada air mata. Bisa dibilang aku lelah dengan semua ini. Dan air mata ini menjadi saksi kelelahanku.

Mungkin aku terlalu melihat kenangan indah di masa laluku, mungkin aku masih setengah hati menjalani awal menuju masa depanku. Mungkin aku masih merindukan teman-temanku yang baik hati.

          Seharusnya aku sadar, kelelahan ini belumlah seberapa dibanding perjuangan rasulullah. Rasulullah dahulu sangatlah sedikit waktu tidurnya. Seharusnya aku sadar, jarak yang ku tempuh untuk menuntut ilmu, tidaklah sejauh pak Dahlan Iskan melewati jarak dari rumahnya kesekolah bahkan tanpa alas kaki Seharusnya aku sadar, kelelahan ini baru lah kelelahan awal dari kelelahan-kelelahan yang lain.

         Seharusnya aku sadar, kelelahan ini tak sebanding dengan kelelahan kedua orangtuaku selama ini dalam mendidikku. Lantas, pantaskah aku mengeluh?? Pantaskah aku menangisi kelelahan ini?

  “Maafkan aku Tuhan, karena aku terlalu banyak mengeluh. Maafkan aku Tuhan, aku terlalu banyak kufur atas nikmatMu. Tak sepantasnya aku melakukan itu semua. Maafkan aku Tuhan, Maafkan aku . Bimbinglah aku menjadi HambaMu yang selalu bersyukur dan tak kenal mengeluh, beri aku sedikit ilmu dari sekian banyak Ilmu yang Kau miliki, untuk masa depanku, dan untuk orang-orang disekitarku agar ilmu itu dapat bermanfaat untuk semua"  aamiin