Cinta,
Jatuh cinta kepadamu bukannya satu pilihan
tetapi berterusan untuk mencintaimu adalah pilihan yang tidak pernah aku
kesali.
Mengapa aku mencintaimu hujan? Mencintai
memang tidak pernah mempunyai sebab dan karena itu aku tidak pernah punya sebab
yang jelas kepada aku jatuh cinta pada kau dan tidak pernah sekalipun jemu
menuliskan kau dalam puisiku dan tulisanku.
Kata seseorang, aku ini kekasih hujan dan kau
seperti peramal rahasia hati paling bijaksana. Dapat membaca gelora dan gelojak
di hatiku tanpa aku perlu menyatakannya. Sedalam mana aku coba menyembunyikan,
kau pantas sekali mengerti dan menemuinya. Anehnya, di waktu aku sedang sedih,
kau turun seperti empangan tangisan yang telah lama menanggung duka di dadaku.
Kau membasahi kaca kereta di mana di dalamnya menampung aku yang sedang mencoba
menahan rasa sebak di dada, atau kau merebas di sebalik jendela kaca rumahku,
coba berbicara kepada bahwa kau coba menanggung kesedihan yang aku alami.
Bagaimanakah kau bijak meneka bila aku dikunjung berita gembira? Kau turun
seolah-olah menari dan meraikan kegembiraan kecil dan besar dalam hidupku.
Jarang sekali kau membiarkan aku meraikan kegembiraan dalam hidupku tanpa kau
menemaninya.
Tuhan telah memberi aku ribuan puisi dan di dalam
puisi itu adalah kau. Aku tidak jemu menulis segala hal tentang kau dan selalu
saja menemui kebahagiaan, yang tidak disangka dalam diri kau. Yang anehnya,
mencintai kau mengajari aku menjadi sederhana. Menjadikan aku hanya ingin
memeluk impian-impian kecil. Seperti mana kau membebaskan diri daripada pelukan
awan untuk membahagiakan manusia dan kembali ke pelukan awan dengan ingatan
yang baru.
Mereka sering saja bertanya, mengapa mesti
hujan? Mengapa mesti kau? Tidak pernah ada jawapan khusus. Cinta memang tidak
pernah punya jawapan. Memberi definisi khusus untuk cinta seperti coba
meletakkan tag harga padanya. Apakah cinta, cinta punya harga?
Cinta, Seringnya aku berharap aku tidak pernah putus-putus menulis
tentang kau di dalam puisiku. Aku sering kali tahu menjadi kekasih yang setia
seperti mana kau. Meski kau tidak turun menyanyi dan menari, kau sering sahaja
menemaniku di atas sana. Memerhati setiap perlakuan tanpa jemu dan bila-bila
aku perlukan kau, kau pasti turun dan mendakapku. Aku pernah coba menyembunyikan
tangisku daripada semua manusia yang lain dengan berjalan di dalammu. Kau
memakai mantelmu untuk merahsiakan saat aku menjadi rapuh. Mereka hanya
mengenal wajahku yang sering sahaja tersenyum tetapi mereka tidak mengenal
wajahku yang menanggung sejumlah penderitaan. Yang mengenalnya hanya kau.
Bolehkah kita mengikat janji akan saling
mencintai antara satu sama lain. Selama-lamanya? Aku tidak meminta lebih, aku
hanya kau senantiasa hidup dalam puisi-puisiku.
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar